Rabu, 25 April 2012

jaringan komputer ( pertemuan 8)


Nama  : Gunawan Supriyanto

NIM    : 10410100140

Classful & Classless Routing Protocol

Routing

Routing adalah suatu protokol yang digunakan untuk mendapatkan rute dari satu jaringan ke jaringan yang lain. Rute ini, disebut dengan route dan informasi route secara dinamis dapat diberikan ke router yang lain ataupun dapat diberikan secara statis ke router lain.
Seorang administrator memilih suatu protokol routing dinamis berdasarkankeadaan topologi jaringannya.  Misalnya berapa ukuran dari jaringan, bandwidth yang tersedia, proses power dalam router, merek dan model dari router, dan protokol yang digunakan dalam jaringan. Routing adalah proses dimana suatu router mem-forward paket ke jaringan yang dituju. Suatu router membuat keputusan berdasarkan IP address yang dituju oleh paket. Semua router menggunakan IP address tujuan untuk mengirim paket. Agar keputusan routing tersebut benar, router harus belajar
bagaimana untuk mencapai tujuan. Ketika router menggunakan routing dinamis, informasi ini dipelajari dari router yang lain. Ketika menggunakan routing statis, seorang network administrator mengkonfigurasi informasi tentang jaringan yang ingin dituju secara manual.
Jika routing yang digunakan adalah statis, maka konfigurasinya harus dilakukan secara manual, administrator jaringan harus memasukkan atau menghapus rute statis jika terjadi perubahan topologi. Pada jaringan skala besar, jika tetap menggunakan routing statis, maka akan sangat membuang waktu administrator jaringan untuk melakukan update table routing. Karena itu
routing statis hanya mungkin dilakukan untuk jaringan skala kecil. Sedangkan routing dinamis bias diterapkan di jaringan skala besar dan membutuhkan kemampuan lebih dari administrator.

Selasa, 28 Februari 2012

Jaringan Komputer_M2_Tugas_Pertemuan 2

Nama               : Gunawan Supriyanto
Nim                 : 10.410.10.0140
Mata Kuliah    : Jaringan Komputer



Model referensi jaringan terbuka OSI atau OSI Reference Model for open networking adalah sebuah model arsitektural jaringan yang dikembangkan oleh badan International Organization for Standardization(ISO) di Eropa pada tahun 1977. OSI sendiri merupakan singkatan dariOpen System Interconnection. Model ini disebut juga dengan model “Model tujuh lapis OSI” (OSI seven layer model).






Struktur tujuh lapis model OSI, bersamaan dengan protocol data unit pada setiap lapisan OSI Reference Model memiliki tujuh lapis, yakni sebagai berikut





Lapisan ke-
Nama l
apisan
Keterangan
7
Berfungsi sebagai antarmuka dengan aplikasi dengan fungsionalitas jaringan, mengatur bagaimana aplikasi dapat mengakses jaringan, dan kemudian membuat pesan-pesan kesalahan. Protokol yang berada dalam lapisan ini adalahHTTPFTPSMTP, dan NFS.
6
Berfungsi untuk mentranslasikan data yang hendak ditransmisikan oleh aplikasi ke dalam format yang dapat ditransmisikan melalui jaringan. Protokol yang berada dalam level ini adalah perangkat lunak redirektor (redirector software), seperti layanan Workstation (dalam Windows NT) dan juga Network shell (semacam Virtual Network Computing (VNC) atau Remote Desktop Protocol (RDP)).
5
Berfungsi untuk mendefinisikan bagaimana koneksi dapat dibuat, dipelihara, atau dihancurkan. Selain itu, di level ini juga dilakukan resolusi nama.
4
Berfungsi untuk memecah data ke dalam paket-paket data serta memberikan nomor urut ke paket-paket tersebut sehingga dapat disusun kembali pada sisi tujuan setelah diterima. Selain itu, pada level ini juga membuat sebuah tanda bahwa paket diterima dengan sukses (acknowledgement), dan mentransmisikan ulang terhadp paket-paket yang hilang di tengah jalan.
3
Berfungsi untuk mendefinisikan alamat-alamat IP, membuat header untuk paket-paket, dan kemudian melakukan routing melaluiinternetworking dengan menggunakan router danswitch layer-3.
2
Befungsi untuk menentukan bagaimana bit-bit data dikelompokkan menjadi format yang disebut sebagai frame. Selain itu, pada level ini terjadi koreksi kesalahan, flow control, pengalamatanperangkat keras (seperti halnya Media Access Control Address (MAC Address)), dan menetukan bagaimana perangkat-perangkat jaringan sepertihubbridgerepeater, dan switch layer 2beroperasi. Spesifikasi IEEE 802, membagi levelini menjadi dua level anak, yaitu lapisan Logical Link Control (LLC) dan lapisan Media Access Control (MAC).
1
Berfungsi untuk mendefinisikan media transmisi jaringan, metode pensinyalan, sinkronisasi bit, arsitektur jaringan (seperti halnya Ethernet atauToken Ring), topologi jaringan dan pengabelan. Selain itu, level ini juga mendefinisikan bagaimanaNetwork Interface Card (NIC) dapat berinteraksi dengan media kabel atau radio.

Senin, 02 Januari 2012

Resume MSDM (Pertemuan 8-11)

Nama  : Gunawan Supriyanto
NIM    : 10.410.10.0140
MK      : Manajemen Sumber Daya Manusia

Pertemuan 8 (Hubungan Industrial)

Konflik
Proses yg dimulai ketika satu pihak menganggap pihak lain berpengaruh secara negative
Sumber konflik:
      Perubahan organisasi
      Pertikaian kepribadian
      Perangkat nilai yg berbeda
      Ancaman thdp status
      Perbedaan persepsi & sudut pandang
Jenis Konflik
       Intrapersonal
       Interpersonal à dipicu oleh perbedaan status, jabatan, bidang kerja, dll
       Antar Kelompok dalam organisasi
       Antar  Kelompok dalam organisasi yang berbeda
       Antar organisasià persaingan
Pandangan tentang Konflik
1.Pandangan tradisionalà Semua konflik merugikan & hrs dihindari; Konflik menandakan adanya salah fungsi di dlm kelompok
      Konflik dilihat sbg:
       Hasil disfungsional akibat komunikasi yg buruk
       Kurangnya keterbukaan & kepercayaan
       Kegagalan manajer utk tanggap thdp kebutuhan & aspirasi karyawan


5 Tahap Proses Konflik
  1. Oposisi (ketidak cocokan potensial)à Adanya kondisi yg menciptakan kesempatan utk munculnya konflik
            Kondisi (sumber konflik):
      Komunikasi
      Struktur tugas
      Faktor-faktor pribadi

2. Kognisi dan personalisasi
      Isu-isu konflik didefinisikan (proses pembuatan pengertian)
      Emosi berperan dlm membentuk persepsi

5 Tahap Proses Konflik
3. Maksud (intensi)à yaitu keputusan utk bertindak dlm suatu cara tertentu
            5 penanganan konflik:
      Bersaingà Keinginan utk memuaskan kepentingan satu pihak tanpa peduli dampaknya thdp pihak lain
      Berkolaborasià Pihak yg terlibat konflik berkeinginan utk memuaskan kepentingan semua pihak dlm memecahkan masalah
      Menghindarà Keinginan utk menarik diri dr konflik atau menekan konflik
      Mengakomodasià Kesediaan satu pihak utk memuaskan pihak lain dg bersedia menaruh kepentingan lawan di atas kepentingannya
      Kompromià Setiap pihak dlm konflik bersedia melepaskan sesuatu terjadi sharing
Serikat Pekerja
       suatu organisasi yang dibentuk oleh pekerja, dari pekerja dan untuk pekerja yang bertujuan untuk melindungi pekerja, memperjuangkan kepentingan pekerja serta merupakan salah satu pihak dalam bekerja sama dengan perusahaan.
       Perkembangan:
      Inggris-1884, Robert Owen berusaha mengorganisir pekerja dalam gerakan nasional yang dinamakan “The Grand National Consolidation Trades Union”.
      Amerika Serikat: sejumlah pengrajin dalam berjenis – jenis perusahaan seperti tukang kayu, tukang sepatu, pencetak membentuk kumpulan lokal untuk memperjuangkan perpendekan jam kerja serta peningkatan upah.(akhir abad 18)
      Indonesiaà 1908, berdirinya Persatuan Pekerja Kereta Api dan Term (Vereniging Van Spoor en Tramweg Personeel)

Minggu, 16 Oktober 2011

Resume MSDM (pertemuan 1 - 5)

Nama : Gunawan Supriyanto
Nim   : 10.410.10.0140
Dosen : Ibu Diah



PERTEMUAN 1
(pentingnya SDM dalam organisasi)
Manajemen adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja sama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan  (Luther Gulick)
Manajemen sebagai seni: yaitu seni di dlm menyelesaikan pekerjaan melalui orang
Lain
Manajemen Sebagai Profesi  Menurut Edgar H.S. terdapat 3 kriteria:
1. Para profesional membuat keputusan atas dasar prinsip-prinsip umum
2. Para profesional mendapatkan status karena mencapai standar prestasi kerja
3. Para profesional ditentukan oleh kode etik, dengan disiplin untuk mereka yang menjadi kliennya.

PENGERTIAN DASAR MANAJEMEN

Manajemen adalah suatu proses mengelola mulai dari merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota-anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran (tujuan-tujuan) yang telah ditetapkan (Stoner& Wankel).
Manajemen adalah proses tertentu yang terdiri darikegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan yg telah ditetapkan
(Terry, GR)
Dapat disimpulkan pengertian manajemen:
Manajemen selalu diterapkan dalam hubungan dengan usaha suatu kelompokmanusia.
Dalampengertian manajemen selalu terkandung tujuan tertentu yang akan dicapai oleh kelompok yang bersangkutan


Sabtu, 15 Oktober 2011

TUGAS ANALISA SISTEM INFORMASI (3)


Tugas         : tugas ASI 3 (tipe Sampling)
Nama         : Gunawan Supriyanto
Nim            : 10.410.10.0140
Dosen        : Bapak Didiet Anindita A

Berikut ini adalah Tipe-tipe Sampling:

1.      Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan.
Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive sample  (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel ini,  hasilnya ternyata kurang obyektif.

Contoh:
Tempat iklan dalam surat kabar. Maka sample yang diambil adalah mereka yang menghubungi secara sukarelawan untuk berpartisipasi. Orang-Orang yang berada pada suatu organisasi yang diamati Orang-orang yang dianggap senior pada pusat lokal yang diamati.


2.   Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. 

Contoh : di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60%  dan perempuan 40% . Jika seorang   peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja.

3.    Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
       Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen  populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya. Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada yang kaya dan yang miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan lainnya.  Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak sederhana. Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Prosedurnya :
1.         Susun “sampling frame”
2.         Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
3.         Tentukan alat pemilihan sampel
4.         Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi
Contoh:
pemilihan 20 orang sampel dari populasi yang beranggotakan 100 orang, dengan teknik simple random sampling maka setiap orang pada populasi tersebut memilki peluang yang sama untuk menjadi satu dari 20 sampel yang dipilih.

          4 .    Complex Random
            sampel ini sangat sesuai untuk menganalisis sistem pada beberapa sampling, diantaranya  Systematic Random Sampling, Cluster Sampling, Stratified Sampling, Double Sampling (2 kali seleksi sampel).
a.       Systematic Random Sampling
Pengambilan sampel secara random sistematik (systematic random sampling) dilakukan dengan membagi populasi sebanyak n bagian dan mengambil sebuah sampel pada masing-masing bagian dimulai dari bagian pertama secara random. Misalnya jumlah populasinya sebanyak 75 buah dan akan diambil sampel sebanyak 25 buah. Masing-masing bagian akan terdiri dari 3 buah. Misalkan angka random yang terpilih untuk mengambil sampel pertama adalah 2, maka sampel berikutnya adalah nomor 5, 8, 11, ... dan seterusnya sampai nomor 74 sebanyak 25 buah sampel.

b. Cluster Sampling
Pengambilan sampel secara Cluster (cluster sampling) dilaku¬kan dengan membagi populasi menjadi beberapa grup bagian. Grup bagian ini disebut dengan cluster. Beberapa cluster kemudian dipilihi secara random. Item-tem data yang berada di dalam cluster yang terpilih merupakan sampelnya. Pengambilan cluster baik untuk sampel yang homogen antara kluster-klusternya dan heterogern antara item-item di dalam klusternya

c. Stratified Sampling
Pengambilan sampel secara strata (stratified sampling), dilakukan dengan membagi populasi menjadi beberapa subpopulasi: atau strata dan kemudian pengambilan sampel random sederhana dapat dilakukan di dalam masing-masing strata. Strata dapat berupa karakteristik tertentu (misalnya jenis industri, besarnya asset, dsb.)

d. Double Sampling (2 kali seleksi sampel)
Double sampling atau sequential sampling atau multiphase sampling rupakan metoda sampling yang mengumpulkan sampel dengan dasar sampel yang ada dan dari informasi yang diperoleh digunakan untuk mengambil sampel berikutnya. Misalnya data responden dapat dikumpulkan dari mail survey dan secara random dipilih beberapa untuk diinterview lebih detail sesuai dengan kriteria tertentu .
·         Cara Menentukan Ukuran sampel
         Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan yang penting manakala jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang menggunakan analisis kuantitatif. Pada penelitian yang menggunakan analisis kualitatif, ukuran sampel bukan menjadi nomor satu, karena yang dipentingkan alah kekayaan informasi. Walau jumlahnya sedikit tetapi jika kaya akan informasi, maka sampelnya lebih bermanfaat.
         Dikaitkan dengan besarnya sampel, selain tingkat kesalahan, ada lagi beberapa faktor lain yang perlu memperoleh pertimbangan yaitu, (1) derajat keseragaman, (2) rencana analisis, (3) biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia . (Singarimbun dan Effendy, 1989). Makin tidak seragam sifat atau karakter setiap elemen populasi, makin banyak sampel yang harus diambil.  Jika rencana analisisnya mendetail atau rinci maka jumlah sampelnya pun harus banyak. Misalnya di samping ingin mengetahui sikap konsumen terhadap kebijakan perusahaan, peneliti juga bermaksud mengetahui hubungan antara sikap dengan tingkat pendidikan. Agar tujuan ini dapat tercapai maka sampelnya harus terdiri atas berbagai jenjang pendidikan SD, SLTP. SMU, dan seterusnya.. Makin sedikit waktu, biaya , dan tenaga yang dimiliki peneliti, makin sedikit pula sampel yang bisa diperoleh. Perlu dipahami bahwa apapun alasannya, penelitian haruslah dapat dikelola dengan baik (manageable).
          Misalnya, jumlah bank yang dijadikan populasi penelitian ada 400 buah. Pertanyaannya adalah, berapa bank yang harus diambil menjadi sampel agar hasilnya mewakili populasi?. 30?, 50? 100? 250?. Jawabnya tidak mudah. Ada yang mengatakan, jika ukuran populasinya di atas 1000, sampel sekitar 10 % sudah cukup, tetapi jika ukuran populasinya sekitar 100, sampelnya paling sedikit 30%, dan kalau ukuran populasinya 30, maka sampelnya harus 100%.
          Ada pula yang menuliskan, untuk penelitian deskriptif, sampelnya 10% dari populasi, penelitian korelasional, paling sedikit 30 elemen populasi, penelitian perbandingan kausal, 30 elemen per kelompok, dan untuk penelitian eksperimen 15 elemen per kelompok (Gay dan Diehl, 1992).
          Roscoe (1975) dalam Uma Sekaran (1992)  memberikan pedoman penentuan jumlah sampel sebagai berikut :
1.      Sebaiknya ukuran sampel di antara 30 s/d 500 elemen
2.      Jika sampel dipecah lagi ke dalam subsampel (laki/perempuan, SD?SLTP/SMU, dsb), jumlah minimum subsampel harus 30
3.      Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah variable yang akan dianalisis.
4.      Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa antara 10 s/d 20 elemen.
Krejcie dan Morgan (1970) dalam Uma Sekaran (1992) membuat daftar yang bisa dipakai untuk menentukan jumlah sampel .


Sabtu, 24 September 2011

Resume perkuliahan hari Senin, 19 September 2011

Tugas       : Resume perkuliahan hari senin, 19 september 2011

Nama       : Gunawan Supriyanto

NIM         : 10.410.10.0140

Dosen       : Didiet Anindita A




System analist

System analist adalah orang yang tugasnya menganalisa dan mendesain sitem yang akan di gunakan dalam suatu perusahaan atau organisasi.system analist di tuntut mengenal mulai dari apa yang di minta oleh klien (system definition), pengerjaan database-nya (system implementation),hingga ke pengenalan hardware.kemampuan untuk budgeting (menghitung anggaran)yang akan di pakai dalam pengerjaan sistem juga penting.dalam praktek system analis dan programmer bekerja bersama.system analist mendesain dan menganalisa sistem dan programmer yang akan membuat kode-kodenya.system analis juga mempunyai tugas yang hampir sama dengan project manager hanya tentunya dalam skala yang lebih permanen.

Alasan pentingnya mengawali analisis sistem:
  1. Problem-solving: sistem lama tidak berfungsi sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu analisis diperlukan untuk memperbaiki sistem sehingga dapat berfungsi sesuai dengan kebutuhan.
  2. Kebutuhan baru: adanya kebutuhan baru dalam organisasi atau lingkungan sehingga diperlukan adanya modifikasi atau tambahan sistem informasi untuk mendukung organisasi.
  3. Mengimplementasikan ide atau teknologi baru.
  4. Meningkatkan performansi sistem secara keseluruhan.



Fungsi system analyst adalah untuk :
1. Mengidentifikasi masalah, peluang, dan tujuan-tujuan
2. Menganalisis arus informasi dalam organisasi
3. Merancang sistem informasi terkomputerisasi untuk menyelesaikan masalah

Didalam tahap analisis sistem terdapat langkah-langkah dasar yang harus dilakukan oleh Analis Sistem yaitu sbb:
1. Identify, Yaitu mengidentifikasikan masalah
2. Understand, Yaitu memahami kerja dari sistem yang ada
3. Analyze, Yaitu Menganalis Sistem
4. Report, Yaitu membuat laporan hasil analisis

Siklus Hidup Pengembangan Sistem/SDLC (System Development Life Cycle).

Sistem Informasi adalah suatu sinergi antara data, mesin pengolah data (yang biasanya meliputi komputer, program aplikasi dan jaringan) dan manusia untuk menghasilkan informasi. Jadi sistem informasi bukan hanya aplikasi perangkat lunak. Sistem Informasi ada pada hampir setiap perusahaan atau instansi untuk mendukung kegiatan bisnis mereka sehari-hari. Biasanya porsi pengerjaan pengembangan sistem informasi diserahkan kepada orang-orang yang bekerja di bidang Teknologi Informasi.

                                                                  
                                                                    gambar.siklus dari SDLC

Dalam membangun suatu sistem informasi (dalam hal ini lebih mengacu kepada pengertian aplikasi perangkat lunak) digunakan metode Siklus Hidup Pengembangan Sistem (
System Development Life Cycle atau SDLC). SDLC terdiri dari sejumlah tahapan yang dilaksanakan secara berurutan. Secara umum tahapan dari SDLC adalah sebagai berikut:

1.     Pengumpulan data (data gathering)
Jika sudah ada sistem yang berjalan sebelumnya maka perlu dilakukan pengumpulan data dan informasi yang dihasilkan dari sistem yang ada. Pengumpulan laporan (report), cetakan (print-out), dsb baik yang sudah ada maupun yang diharapkan untuk ada pada sistem yang baru.
 Interview dan questionnaire terhadap orang-orang yang terlibat dalam sistem juga mungkin perlu dilakukan. Apabila sistem yang akan dikembangkan benar-benar baru (belum ada sistem informasi sebelumnya) maka pada tahapan ini pengembang bisa lebih menekankan kepada studi kelayakan dan definisi sistem.
2.     Analisa Sistem
Jika tahapan pengumpulan data dilakukan dengan melibatkan klien atau pengguna sistem informasi, maka mulai dari tahapan analisa lebih banyak dilakukan oleh pihak pengembang sendiri. Analisa terhadap sistem yang sedang berjalan dan sistem yang akan dikembangkan. Mendefinisikan objek-objek yang terlibat dalam sistem dan batasan sistem.
3.     Perancangan Sistem (design)
Merancang alir kerja (workflow) dari sistem dalam bentuk diagram alir (flowchart) atau
 Data Flow Diagram (DFD). Merancang basis data (database) dalam bentuk Entity Relationship Diagram (ERD) bisa juga sekalian membuat basis data secara fisik. Merancang input ouput aplikasi (interface) dan menentukan form-form dari setiap modul yang ada. Merancang arsitektur aplikasi dan jika diperlukan menentukan juga kerangka kerja (framework) aplikasi. Pada tahapan ini atau sebelumnya sudah ditentukan teknologi dan tools yang akan digunakan baik selama tahap pengembangan (development) maupun pada saat implementasi (deployment).
4.     Penulisan kode program (Coding)
Programming
 (desktop application) atau Scripting (web-based application) hanyalah salah satu tahapan dari siklus hidup pengembangan sistem. Tahapan ini dilakukan oleh satu atau lebih programmer. Jika tahapan analisa dan perancangan sistem telah dilakukan dengan baik, maka porsi tahapan coding tidaklah besar.
5.     Testing
Biasanya tahapan ini dilakukan oleh
 Quality Assurance dari pihak pengembang untuk memastikan bahwa software yang dibangun telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu metodenya bisa dengan menginput sejumlah data pada sistem baru dan membandingkan hasilnya dengan sistem lama. Apabila diperlukan maka tahapan ini bisa dibagi menjadi dua yaitu testing oleh pihak pengembang (alpha testing) dan testing oleh pihak pengguna (beta testing).
6.     Instalasi
Pada pengembangan aplikasi
 Client-Server, umumnya terdapat server untuk development, testing dan production. Server development berada di tempat pengembang dan dipergunakan selama pengembangan dan bisa juga setelahnya untuk perbaikan aplikasi secara terus menerus (continuous improvements). Server testing berada di tempat pengembang dan bisa juga di tempat pengguna apabila diperlukan beta testing. Setelah aplikasi dirasa siap untuk dipergunakan maka digunakanlah server production yang berada di tempat pengguna. Pada prakteknya di tempat pengembang juga bisa terdapat server productionyaitu server yang memiliki spesifikasi hardware dan software yang sama dengan server di tempat pengguna. Hal ini dimaksudkan agar apabila ditemukan error atau bug pada aplikasi di tempat pengguna maka pengembang dapat mudah mencari penyebabnya pada server production mereka.
7.     Pelatihan
Pihak pengembang memberikan
 training bagi para pengguna program aplikasi sistem informasi ini. Apabila sebelumnya tidak dilakukan beta testing maka pada tahapan ini juga bisa dilangsungkan User Acceptance Test.
8.     Pemeliharaan
Maintenance
 bertujuan untuk memastikan bahwa sistem yang digunakan oleh pihak pengguna benar-benar telah stabil dan terbebas dari error dan bug. Pemeliharaan ini biasanya berkaitan dengan masa garansi yang diberikan oleh pihak pengembang sesuai dengan perjanjian dengan pihak pengguna. Lamanya waktu pemeliharaan sangat bervariasi. Namun pada umumnya sistem informasi yang kompleks membutuhkan masa pemeliharaan dari enam bulan hingga seumur hidup program aplikasi.

Secara teori inilah siklus hidup pengembangan sistem. Namun pada prakteknya hal ini tidaklah selalu mulus untuk dilaksanakan. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan sistem informasi. Terutama adalah pada faktor manusia yang terlibat. Dari pihak pengembang, kurangnya keahlian dan pengalaman bisa menyebabkan kesalahan dalam satu tahapan sehingga menyebabkan siklus ini harus diulangi dari tahapan yang salah. Bisa terjadi bahwa siklus ini dilakukan sampai berulang-ulang.

Dari pihak pengguna, idealnya perlu bersama-sama dengan pihak pengembang untuk memahami sistem informasi mulai dari awal siklus hidup pengembangan sistem. Namun yang sering terjadi pihak pengguna menyerahkan semuanya kepada pihak pengembang sehingga pada saat implementasi (testing atau training) pihak pengguna tidak menyetujui (menolak) sebagian atau seluruh rancangan dari sistem yang telah selesai dibangun oleh pihak pengembang.

Apabila perlu dilakukan revisi dan pengulangan tahapan siklus hidup pengembangan sistem tentu saja akan menambah beban biaya, tenaga dan waktu dari kedua belah pihak. Hal-hal seperti inilah yang menyebabkan banyak proyek pengembangan sistem informasi gagal atau berhenti di tengah jalan.